Saat ku mulai membuka mata, bayangmu tampak kabur
di mataku. Tapi, aku bisa melihat jika itu kau. Meski hanya sekelabat
bayanganmu.
Saat ku datang ke suatu tempat, bayangmu masih
tampak kabur di mataku. Tapi, aku bisa melihat jika itu kau. Meski hanya sekelebat
bayanganmu.
Aku mencari. Mencari tempat dan saat yang tepat
saat aku dapat melihatmu secara nyata dan jelas.
Tanpa blur.
Tanpa bayang.
Tapi dimana?
Tidak ada.
Aku terus dan terus hanya melihatmu
sebagai ilusiku. Nampak tapi tak nyata.
Aku berlari. Berlari melawan tiupan angin yang
berusaha mengenyahkanku dari arah tempatku menuju. Ada apa?
Mengapa angin menolakku untuk datang ke tempat
itu? Mengapa aku tidak pernah melihat kau dengan jelas dan nyata sebagai dirimu
sendiri? Mengapa....
Namun, kini kau terlihat jelas. Matamu, hidungmu,
bibir dan wajahmu, kini semua bukan ilusi.
Ya, aku melihatmu nyata di waktu dan tempat yang
mungkin aku tak seharusnya pernah tahu. Waktu saat kau menemukan potongan
jiwamu di tempat yang sering kau kunjungi.
Angin kembali datang menyapu kulitku bagai debu.
Aku luruh.
Kini berganti, aku yang tampak tak nyata bagimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar? Siapa takut.