Jangan menyesali cinta yang datang menyapa hatimu
Meski kamu tak bisa memiliki objek cintanya
Satu hal yang perlu kamu syukuri
Bersyukurlah atas kebahagiaan yang kamu rasakan ketika rasa itu datang
Meski hanya sesaat

Selasa, 22 Oktober 2013

Bayangan


Saat ku mulai membuka mata, bayangmu tampak kabur di mataku. Tapi, aku bisa melihat jika itu kau. Meski hanya sekelabat bayanganmu.
Saat ku datang ke suatu tempat, bayangmu masih tampak kabur di mataku. Tapi, aku bisa melihat jika itu kau. Meski hanya sekelebat bayanganmu.

Aku mencari. Mencari tempat dan saat yang tepat saat aku dapat melihatmu secara nyata dan jelas.
Tanpa blur. 
Tanpa bayang.
Tapi dimana?
Tidak ada. 

Aku terus dan terus hanya melihatmu sebagai ilusiku. Nampak tapi tak nyata.
Aku berlari. Berlari melawan tiupan angin yang berusaha mengenyahkanku dari arah tempatku menuju. Ada apa? 

Mengapa angin menolakku untuk datang ke tempat itu? Mengapa aku tidak pernah melihat kau dengan jelas dan nyata sebagai dirimu sendiri? Mengapa....
Namun, kini kau terlihat jelas. Matamu, hidungmu, bibir dan wajahmu, kini semua bukan ilusi.

Ya, aku melihatmu nyata di waktu dan tempat yang mungkin aku tak seharusnya pernah tahu. Waktu saat kau menemukan potongan jiwamu di tempat yang sering kau kunjungi.
Angin kembali datang menyapu kulitku bagai debu.
Aku luruh.

Kini berganti, aku yang tampak tak nyata bagimu.

Absurd


Mungkin selama ini memang aku selalu salah bersikap
Selalu salah menafsir
Selalu salah menerapkan
Selalu dan selalu salah dalam segala hal

Selama ini dibutakan oleh sesuatu yang absurd
Yang aku pun tidak tahu manfaat apa yang aku dapat
Selain selalu dan selalu hidup dalam kegamangan

Ku pertahankan sikap naif itu hingga akhirnya aku tersadar
Tersadar bahwa apa yang aku sikapi selama ini
Adalah sesuatu yang sangat samar, abu-abu
Tiada mutlak, selain hanya mutlak tidak akan aku dapatkan

Aku terlalu naif tidak mau melihat arah melencongnya angan ini
Atau barangkali sikap optimis ini terlalu berlebihan?

Aku benci
Aku jengah
Aku bosan

Bukan. Bukan dengan sesuatu yang absurd itu
Namun dengan dorongan
Dorongan dari dalam diriku untuk selalu optimis
Hingga akhirnya aku menjadi manusia yang naif dan munafik
Bagi diriku sendiri selama menghirup udara dunia