Jika memang dengan begini aku dapat
menjadi lebih tegar, aku terima. Aku memang terlalu cengeng dan kekanakkan
untuk merasakan perasaan sesakit ini. Mengapa aku? Mengapa aku? Mengapa aku?
Aku yakin, akhir cerita yang manis
telah Engkau siapkan untukku. Beri aku petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan
sesuai dengan alur takdir-Mu.
Hilangkan semua rasa ini tanpa bekas.
Karena ku lelah. Aku lelah tiap kali rasa ini hilang, namun tiba-tiba hadir
kembali menyusup memberikan segores luka. Hingga kemudian luka-luka itu telah
melebar, menyebar ke seluruh ulu hati. Hingga aku tak bisa lagi menutup luka
itu dengan baik.
Semua ini. Folder ini. Ku tuliskan
semua tentang dia. Apa aku bodoh? Apa aku terlalu naif untuk tak mau melihat
kenyataan yang sebenarnya sudah sangat terbentang luas dihadapanku sendiri
sejak dulu? Aku terlalu bodoh untuk dapat menyadari semua itu.
Aku hanya wanita yang lemah. Yang
mudah menitikkan air mata dikala ku terhempas ke lembah kegalauan. Aku tak
kuat. Aku tidak bisa lebih kuat lagi. Tapi, saat ini benar-benar hanya kekuatan
untuk melupakan dan menghadapi semuanyalah yang ku butuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar? Siapa takut.